Selasa, 30 Oktober 2012

HADITS KESEMBILAN - Memilih yang Mudah, Meninggalkan yang Susah

Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr r.a., dia berkata : Saya mendengar Rasulullah s.a.w., bersabda : "Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampunya kalian. Sesungguhnya, kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah bertanya (yang tidak berguna) dan penentang-an mereka terhadap nabi-nabi mereka."

(HR.Bukhari dan Muslim)

Hadits Arba'in/Imam Nawawi/Hadits Kesembilan - Memilih yang Mudah, Meninggalkan yang Susah/hal.20-21

HADITS KEDELAPAN - Kehormatan Seorang Muslim (Tidak Boleh Dibunuh)

Dari Ibnu Umar r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w., bersabda : "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah SWT."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits Arba'in/Imam Nawawi/Hadits Kedelapan - Kehormatan Seorang Muslim (Tidak Boleh Dibunuh)/hal.19-20

Sabtu, 27 Oktober 2012

HADITS KETUJUH - Agama adalah Nasehat

Dari Abu Ruqayah Tamim Ad-Dari r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w., bersabda :
"Agama itu adalah nasehat." Kami berkata : "Kepada siapa ?" beliau bersabda : "Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya."

(Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Hadits Arba'in/Imam Nawawi/Hadits Ketujuh - Agama adalah Nasihat/hal.18-19

Senin, 22 Oktober 2012

Cincin Rasulullah



·         Anas bin Malik meriwayatkan,
“Cincin Rasulullah saw., terbuat dari perak. Sedangkan mata cincin beliau adalah batu hitam Habsyi.”
(HR. Tirmidzi, Muslim, Nasa’i, Ahmad, dan Ibnu Majah)

·         Ibnu Umar meriwayatkan,
“Rasulullah saw., membuat cincin dari perak. Beliau memfungsikan cincin itu sebagai stempel, bukan untuk digunakan.”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)

·         Anas bin Malik meriwayatkan,
“Cincin Rasulullah saw., terbuat dari perak, dan batu cincinnya berasal dari Habsyi.”
(HR. Tirmidzi, Bukhari, Abu Dawud, Nasa’i dan Ahmad)

·         Anas bin Malik meriwayatkan,
“Ketika Rasulullah saw., hendak mengirim surat ke negeri asing, beliau memperoleh informasi bahwa negara asing tidak akan menerima surat yang tidak berstempel. Beliau pun memerintahkan untuk dibuatkan cincin. Maka saya seakan-akan melihat warna putih cincin itu ditelapak tangan beliau.”
(HR. Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Sa’d)

·         Anas bin Malik meriwayatkan,
“Tulisan (ukiran) yang ada di cincin Rasulullah saw. adalah kata ‘Muhammadu” satu garis. Kata ‘Rasulu’ satu garis, dan kata ‘Allah’’ satu garis.”
(HR. Tirmidzi dan Bukhari)

·         Anas bin Malik meriwayatkan,
“Ketika Rasulullah saw., hendak mengirimkan surat kepada Raja Persia, Raja Romawi, dan Raja Najasyi, beliau mendapatkan informasi bahwa mereka tidak akan menerima surat yang tidak berstempel. Maka Rasulullah saw., membuat cincin yang lingkarannya terbuat dari perak dan bertuliskan ‘muhammadurasulullahi.’”
(HR. Tirmidzi dan Muslim)

·         Anas meriwayatkan,
“Sebelum Nabi saw., masuk kamar kecil, beliau melepaskan cincinnya.”
(HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Baihaqi)

·         Ibnu Umar meriwayatkan,
“Nabi membuat cincin dari perak. Setelah beliau wafat, cincin itu digunakan oleh Abu Bakar, lalu Umar, kemudian Utsman. Stetelah itu, cincin tersebut jatuh ke sumur Aris.1 Cincin itu bertuliskan ‘muhammadurasulullahi.’”
(HR. Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, dan Ahmad)


1.        Sumur Aris terletak di kota Madinah. Cincin Nabi saw., jatuh di sumur itu pada tahun ke-6 dari kekhalifahan Utsman bin Affan.


Asy-Syamail al-Muhammadiyyah/Imam Tirmidzi/Cincin Rasulullah/12:91-96


Gambar. Cincin Rasulullah s.a.w.

Jumat, 19 Oktober 2012

BAB. 14 / KOREKSI TERHADAP PRAKTEK BERJAMA’AH

            Fakta yang sangat memperihatinkan bahwa banyak sekali orang-orang Islam yang belum bisa sholat dengan benar, termasuk sholat berjama’ah. Bahkan tidak sedikit imam-imam yang belum faham bagaimana seharusnya menjadi Imam.
Secara khusus penulis ingin mengkritisi hal-hal berikut :

1.      Imam tidak peduli kondisi shaf makmum
Imam Al-Bukhari di dalam kitab shohihnya juz 1 hal.253 menulis satu bab yaitu : Bab meluruskan shaf lalu memulai sholat.

Ini artinya sebelum memulai sholat Imam harus meluruskan shaf makmum baru memulai sholat. Didalam bab itu beliau mnyitir sabda Nabi s.a.w di dalam mengomando jama’ah sebelum memulai sholat, dengan ucapan :
“Hendaklah kamu meluruskan shaf-shaf kamu atau (jika tidak) Allah akan jadikan kamu selalu berselisih.” (HR. Al-Bukhari 717)

Nabi s.a.w tidak hanya menyuruh meluruskan shaf bahkan beliau bertindak langsung., beliau memegang pundak-pundak para shahabat yang tidak lurus untuk diluruskan.

Ibnu Mas’ud r.a berkata :
“RasuluLlah s.a.w biasa menyentuh pundak-pundak kami lalu berkata : Luruslah dan jangan berselisih maka hati-hatimu akan menjadi berselisih” (HR. Muslim 1000)

Begitulah setiap imam seharusnya berbuat, atau minimal, imam mengomando dengan ucapan, sampai shaf-shaf itu lurus dan rapat. Tidak seperti imam kita, mereka menuju mihrab, langsung takbiratul ihram, tanpa peduli kondisi makmum yang masih kacau.

2.      Makmum tidak menyadari kewajiban dirinya untuk selalu menjaga lurusnya shaf.

Kebanyakan umat Islam Indonesia tidak mengetahui atau tidak peduli dengan kewajibannya sebagai makmum untuk meluruskan shaf dan menjaganya agar selalu lurus.

Dalil 53 itu menunjukkan betapa meluruskan shaf itu sangat penting. Dalil 52 bahkan mengancam jika umat ini tidak meluruskan shafnya maka Allah akan menjadikan umat ini berselisih.
            Mungkin karena di negeri ini Imam dan makmum umumnya tidak peduli dengan pelurusan shaf, maka umat islam indonesia (khususnya) mudah berselisih. Akibatnya sangat memalukan, partai/ organisasi yang dipimpin para kyai/ ustadz dengan mudah berselisih dan pecah, mereka berebut kedudukan.
Disamping itu Nabi s.a.w, bersabda :

            “Luruskanlah shaf-shaf kamu sebab meluruskan shaf itu termasuk bagian dari penegakan sholat”  (Dalil 62 : HR. Al-Bukhari 723)

Ini berarti orang yang tidak menjaga kelurusan shafnya belum menegakkan sholat secara benar.
            Sebenarnya meluruskan shaf dan menjaganya agar tetap lurus adalah pekerjaan yang amat sangat mudah, yaitu :
-          Jika pundak kita agak ke depan atau ke belakang berarti shaf kita tidak lurus, maka dengan sedikit bergeser shaf jadi lurus.
-          Jika ruku’ kaki kita nampak lebih ke depan atau ke belakang dibandingkan dengan kaki orang lain, berarti shaf kita tidak lurus, maka dengan sedikit bergeser shaf kita jadi lurus.

3.      Makmum tidak menyadari kewajiban dirinya untuk selalu menjaga rapatnya shaf

Banyak orang Islam jika sholat di masjid menganggap sajadah atau gambar sajadah di karpet masjid sebagai kaplingan miliknya, maka orang itu tidak mau bergeser merapatkan diri, meskipun antara dia dan orang sebelahnya ada jarak. Bahkan diantara orang-orang Islam itu ada pula yang jika dalam sholat kita merapatkan diri kepadanya justru menjauh.

Padahal Nabi s.a.w setiap kali mengimami sholat memberi aba-aba : merapatlah seperti rapatnya besi yang dipatri.

Anas r.a, menceritakan :
“Kami biasa (jika sholat berjama’ah) melekatkan pundak kami dengan pundak yang lain dan kaki kami dengan kaki yang lain.”   (Dalil 63. Al-Bukhari 725)

4.      Makmum membawa anaknya yang masih suka bermain shaf-shaf depan ketika sholat.

Maka ketika anak itu pergi shafnya jadi kosong dan renggang atau ketika anak itu main, bergerak kerapatan shaf jadi rusak.
Boleh jadi anak bapak itu sholatnya bagus, tenang, tidak main-main, meskipun demikian keberadaannya di shaf depan bisa menyebabkan anak kecil lain iri lalu ikut maju ke shaf depan, padahal kebiasaan mereka main-main menyebabkan rusaknya shaf. Penulis khawatir bahwa orang tua yang membawa anak-anak seperti itu ke shaf depan kelak di hari hisab dimintai pertanggungjawaban karena telah mengacaukan shaf, meskipun tidak sengaja. Sebab betapapun juga ia melanggar aturan RasuluLlah s.a.w untuk menempatkan anak-anak di shaf anak-anak (belakang shaf bapak-bapak) seperti keterangan Abu Malik Al-Asy’ari r.a berikut ini :

            “Aku akan tunjukkan kamu sholat seperti sholat Nabi s.a.w., maka ia membariskan bapak-bapak, lalu membariskan putra-putra di belakang shaf bapak-bapak dan membariskan wanita dibelakang shaf putra-putra”   (Dalil 64 : HR. Ahmad 22947)

            (Banyak orang Islam jika sholat di masjid menganggap sajadahnya di karpet masjid sebagai kaplingannya, maka orang itu tidak mau bergeser merapatkan diri, meskipun antara dia dan orang sebelahnya ada jarak)

5.      Imam tidak mengeraskan suara

Banyak imam yang tidak mengeraskan suara di saat suara harus dikeraskan, sehingga makmum tidak tahu sang imam membaca apa. Begitu pula ketika sujud makmum tidak tahu apakah imam sudah bergerak atau masih tetap sujud, karena takbirnya tidak terdengar.

Imam yang sudah tidak mampu mengeraskan suara seharusnya mengikhlaskan yang lain untuk jadi imam, jangan mengharuskan diri menjadi imam tapi membuat jama’ah jadi ragu karena tidak bisa mendengat bacaan dari aba-aba (takbir)nya.

            Atau, jika tidak, adakanlah muballigh, yaitu orang yang menjadi penyambung lidah untuknya memperdengarkan takbirnya, seperti di Masjidil Haram.

6.      Banyak makmum yang suka membarengi atau bahkan mendahului imam

Mungkin banyak orang-orang Islam yang menganggap bahwa membarengi ataupun mendahului imam itu boleh-boleh saja. Mereka tidak tahu bahwa Nabi s.a.w, mengancam orang ynag mendahului imam, bahwa Allah akan menjadikan kepalanya kepala keledai.

Nabi s.a.w, bersabda :
“Tidakkah kamu takut, jika mengangkat kepala sebelum imam maka Allah akan menjadikan kepalanya kepala keledai”   (Dalil 65 : HR.Al-Bukhari 691)

            Para ulama bervariasi dalam memaknai hadis ini. Tapi secara umum keledai di masyarakat Arab biasa digunakan sebagai permisalan negatif, maka orang yang suka mendahului imam barangkali isi kepalanya akan menjadi negatif/bebal, sulit di ajak ke jalan yang benar (WaLlahu a’lam).

            Tidak Cuma mendahului imam, bahkan makmum tidak boleh membarengi imam. Makmum hendaknya takbir setelah imam takbir, bergerak setelah imam bergerak.

“Nabi s.a.w, bersabda : Sesungguhnya imam itu diadakan untuk diikuti, maka jika ia telah bertakbir bertakbirlah dan jangan kamu bertakbir sehingga ia bertakbir, jika ia telah ruku’ ruku’lah dan jangan kamu ruku’ sehingga ia ruku’.”   (Dalil 66 : HR. Abu Daud 603)

            Masjid yang mengamalkan sunnah ini sholat jama’ahnya terlihat sangat rapi, seluruh makmumnya bergerak serentak mengikuti komando imam.

7.      Banyak orang Islam yang tidak faham cara sholat berjama’ah ketika masbuq

Sering saya mendapatkan, ketika sholat jama’ah sudah roka’at kedua dan ketiga lalu ada orang datang terlambat, maka orang itu tidak bergabung, melainkan sholat sendiri. Mungkin saja orang itu bingung, tidak tahu bagaimana cara sholat berjama’ah jika terlambat (masbuq), maka ia memilih untuk sholat sendiri.
           
            Bahkan ada juga yang sholat secepatnya dan kemudian di roka’at ketiga atau keempat bergabung dengan imam dan salam bersamanya.
            Padahal seharusnya orang itu mengikuti saja yang sendang dilakukan imam, lalu ketika imam selesai/salam dia berdiri dan menambah kekurangan raka’at yang tertinggal.

“Nabi s.a.w, bersabda : Jika telah diseru untuk sholat maka datangilah dengan berjalan dan tenang, maka apa yang kamu dapat (sedang dikerjakan imam) sholatlah (seperti dia) dan apa yang kamu lewatkan hendaklah kamu sempurnakan.”   (Dalil 67 : HR.Muslim 1391)

8.      Lewat didepan orang sholat

Banyak orang yang ketika selesai sholat ingin keluar atau pindah tempat tepi tidak peduli bahwa ia lewat didepan orang yang sedang sholat

      Padahal melewati orang sholat itu termasuk dosa besar, sehingga RasuluLlah s.a.w, bersabda :

“Seandainya orang yang lewat didepan orang yang sedang sholat mengetahui dosa yang didapat niscaya ia memilih berdiri (menunggu) 40 hari pada lewat didepannya.”   (Dalil 68 : Al-Bukhari 540)

            Hadist Al-Bazar yang lebih rinci menyebutkan dengan ungkapan 40 musim semi yakni : 40 tahun. Pada kesempatan lain RasuluLlah s.a.w., bersabda:
            “Apabila kamu sholat sedangkan kamu sudah punya pembatas dihadapanmu dari manusia lalu ada orang yang mau lewat maka hendaklah kamu tahan, jika ia enggan (tetap mau lewat) maka perangilah ia, sebab sesungguhnya dia itu adalah setan.” (Dalil 69 : HR. Al-Bukhari 509)

            Hadis ini merupakan ungkapan yang sangat keras, sebab :
1.      Adanya perintah ‘perangilah’, ini menunjukkan bahwa orang yang sedang sholat diperintahkan menggunakan kekerasan, yang akibatnya bisa saja terjadi korban nyawa, yaitu jika orang yang mau lewat itu tidak mau dicegah.
2.      Adanya pernyataan, bahwa orang yang memaksakan diri untuk lewat itu adalah ‘syetan’, juga menunjukkan betapa berat pelanggaran orang yang melintas didepan orang yang sedang menghadap Allah (sholat), sehingga orang tersebut telah disamakan dengan syetan’

CATATAN

            Bagaimana jika posisi orang di sebelah kiri shaf yang sama agak maju atau agak mundur, atau renggang dari kita, bolehkah kita menariknya supaya lurus atau rapat?
            Boleh, dan bahkan kita wajib meluruskan shaf yang bengkok dan merapatkan shaf yang renggang meskipun dalam keadaan sholat.

            Tidakkah gerakan-gerakan ekstra itu merusak sholat kita? Apa ada dalilnya?
            Gerakan itu tidak merusak sholat kita ataupun sholatnya orang yang kita tarik. Dalilnya adalah cerita Ibnu Abbas r.a. berikut ini :
            “Aku pernah bermalam di rumah Maimunah istri Nabi s.a.w., sedangkan RasuluLlah s.a.w., malam itu bermalam disana, maka RasuluLlah s.a.w., berwudlu lalu sholat. Maka aku (ikut sholat) berdiri di sebelah kirinya, maka beliau memegangku dan memposisikan aku dikanannya.”  (HR.Muslim 1827)

            Jelasnya sekali cerita di hadits ini, bahwa RasuluLlah s.a.w., yang sedang sholat, tanpa membatalkannya, memegang Ibnu Abbas dan menariknya sehingga terposisikan di sebelah kanan beliau. Maka mengingat betapa pentingnya pelurusan dan perapatan shaf, wajiblah bagi setiap makmum untuk selalu meluruskan dan merapatkan diri sendiri ataupun menarik orang lain jka orang lain yang shafnya tidak lurus/ tidak rapat.

Renungan Sholat Berjama'ah/Muhammad Zubaidi/Bab.14/Koreksi Terhadap Praktek Berjamaah.

Rabu, 17 Oktober 2012

HADITS KEENAM - Halal dan Haram

Dari Abu Abdillah Nu'man bin Basyir r.a., dia berkata :
"Saya mendengar Rasulullah s.a.w., bersabda : 'Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang samar-samar (syubhat) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap yang syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar ladang yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya; ketahuilah bahwa dia adalah hati.'" 

(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Hadits Arba'in/Imam Nawawi/hadits keenam-halal dan haram/hal.16

Minggu, 14 Oktober 2012

Memahami Makna Idul Adha




Ditulis oleh Yusuf Fatawie *   
Bulan ini merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan Bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintah. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.
Dari berbagai media, kita bisa melihat betapa budaya korupsi masih merajalela. Demi menumpuk kekayaan rela menanggalkan "baju" ketakwaan. Ambisi untuk meraih jabatan telah memaksa untuk rela menjebol "benteng-benteng" agama. Dewasa ini, tata kehidupan telah banyak yang menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan semangat Idul Adha, mari kita teladani sosok Nabi Ibrahim. Berusaha memaksimalkan rasa patuh dan taat terhadap ajaran agama.
Di samping itu, ada pelajaran berharga lain yang bisa dipetik dari kisah tersebut.Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah menyembelih Nabi Ismail ini pada akhirnya digantikan seekor domba. Pesan tersirat dari adegan ini adalah ajaran Islam yang begitu menghargai betapa pentingnya nyawa manusia.
Hal ini senada dengan apa yang digaungkan Imam Syatibi dalam magnum opusnya al Muwafaqot. Menurut Syatibi, satu diantara nilai universal Islam (maqoshid al syari'ah) adalah agama menjaga hak hidup (hifdzu al nafs). Begitu pula dalam ranah fikih, agama mensyari'atkan Qishosh, larangan pembunuhan dll. Hal ini mempertegas bahwa Islam benar-benar melindungi hak hidup manusia. (Hlm.220)     
 Nabi Ismail rela mengorbankan dirinya tak lain hanyalah demi mentaati perintah. Berbeda dengan para teroris dan pelaku bom bunuh diri. Apakah pengorbanan yang mereka lakukan benar-benar memenuhi perintah Tuhan demi kejayaan Islam atau justru sebaliknya?.
Para teroris dan pelaku bom bunuh diri jelas tidak sesuai dengan nilai universal Islam. Islam menjaga hak untuk hidup, sementara mereka-dengan aksi bom bunuh diri-justru mencelakakan dirinya sendiri. Di samping itu, mereka juga membunuh rakyat sipil tak bersalah, banyak korban tak berdosa berjatuhan. Lebih parah lagi, mereka bukan membuat Islam berwibawa di mata dunia, melainkan menjadikan Islam sebagai agama yang menakutkan, agama pedang dan sarang kekerasan. Akibat aksi nekat mereka ini justru menjadikan Islam laksana "raksasa" kanibal yang haus darah manusia.
Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin pernah menjelaskan tentang tata cara melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Menurutnya, tindakan dalam bentuk aksi pengrusakan, penghancuran tempat kemaksiatan adalah wewenang negara atau badan yang mendapatkan legalitas negara. Tindakan yang dilakukan Islam garis keras dalam hal ini jelas tidak prosedural. (Vol.2 hlm.311)  
Sudah semestinya dalam melakukan amar makruf nahi munkar tidak sampai menimbulkan kemunkaran yang lebih besar. Bukankah tindakan para teroris dan pelaku bom bunuh diri ini justru merugikan terhadap Islam itu sendiri?. Merusak citra Islam yang semestinya mengajarkan kedamaian dan rahmatan lil 'alamin. Ajaran Islam yang bersifat humanis, memahami pluralitas dan menghargai kemajemukan semakin tak bermakna.
Semoga dengan peristiwa eksekusi mati Amrozi cs, mati pula radikalisme Islam, terkubur pula Islam yang berwajah seram. Pengorbanan Nabi Ismail yang begitu tulus menjalankan perintahNya jelas berbeda dengan pengorbanan para teroris.
Di hari Idul Adha, bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya, penyembelihan binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga memiliki dimensi kemanusiaan.
Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu'afa lainnya. Dengan disyari'atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13 Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus 'berkurban' senantiasa kita langgengkan pasca Idul Adha.
Saat ini sering kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Selamat berhari raya!

* Koordinator Forum Kajian 'Beras' (Bengkel Filter) Kediri.
Staf Ahli Majalah Misykat Kediri.
Alamat: Kantor Majalah Misykat Jln. HM Winarto no.05 Campurejo Mojoroto Kota Kediri Jatim 64101 

Sabtu, 13 Oktober 2012

Islam adalah petunjuk praktis untuk kehidupan sehari-hari

     Hamid bin Abdulrahman bin Auf menceritakan bahwa seseorang mendatangi Nabi dan berkata, "Tolong berikan padaku kata-kata bijak untuk menuntun kehidupanku sehari-hari; tetapi jangan terlalu banyak, karena aku tidak mampu mengingatnya."
     Nabi memberikan jawabannya: "Janganlah marah."


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Percaya pada Allah/hal. 210-211

Hal-hal sepele pun adalah rahmat yang besar dari Allah

     Pernyataan ini disampaikan untuk Aisyah: "Kapan pun hamba Allah minum air putih dan tidak mengalami kesulitan dalam menelan dan mengeluarkannya, maka adalah kewajibannya untuk bersyukur pada Allah akan hal itu."

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Percaya pada Allah/hal. 210

Jumat, 12 Oktober 2012

Seluruh kekuasaan berada di tangan Allah

     Nabi memerintahkan Dhamam bin Thalabah untuk mengatakan pada sukunya yaitu Bani Saad bin Bakar tentang kemanunggalan Islam. Kemudian Dhamam mendatangi rakyatnya dan mendesak mereka agar berhenti menyembah berhala. "Betapa jahatnya menyembah Latta dan Uzza," katanya.
     Latta dan Uzza adalah nama berhala-berhala yang mereka sembah. Rakyatnya memperingatkan Dhamam untuk tidak bicara seperti itu, karena ia akan terjangkit penyakit kusta atau menjadi gila. Dhamam menjawab, "Terkutuklah kalian! Demi Allah, tidak ada hal buruk atau baik yang dapat diperbuat Latta dan Uzza."


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Percaya pada Allah/hal.208-209

Allah tidak menyukai hambanya yang tinggi hati

     Aisyah menceritakan, pada suatu hari seorang wanita miskin datang padanya dan ingin memberikannya sebuah hadiah. Tapi karena kasihan melihat keadaan wanita miskin itu, Aisyah menolaknya. Nabi berkata pada Aisyah bahwa ia seharusnya menerima hadiah itu, lalu memberikan pada wanita itu sesuatu sebagai balasannya.
     "Aku rasa engkau memandang rendah pada wanita itu," ucap Nabi. "Rendah hatilah Aisyah, karena Allah suka pada orang yang rendah hati dan sangat membenci orang yang tinggi hati."


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Rendah Hati/hal. 193-194

Menerima semua makanan tanpa berat hati

     Menurut Aiman, suatu hari Jabir kedatangan beberapa tamu. Ia menyuguhkan roti dan cuka untuk makan. Menurut Jabir, Nabi berkata bahwa cuka adalah bumbu yang enak, dan Nabi juga berkata, "Terkutuklah orang-orang yang menuangkan caci maki pada sebuah piring yang dihidangkan untuknya."


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Rendah Hati/hal. 192-193

Kamis, 11 Oktober 2012

Bentuk Sandal Rasulullah


·         Qatadah meriwayatkan,
“Saya bertanya kepada Anas bin Malik, ‘Bagaimana bentuk sandal Rasulullah saw.,?’ Anas bin Malik menjawab, ‘Sepasang sandal beliau menggunakan dua buah qibal.’”
(HR.Tirmidzi, Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Qibal adalah pelana sandal, yaitu batas depan sandal berupa tali yang diletakkan di antara dua jari kaki.

·         Ibnu Abbas meriwayatkan,
“Sandal Rasulullah saw., menggunakan qibal yang tiap-tiap talinya terbagi dua.”
(HR.Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

·         Isa bin Thahman meriwayatkan,
“Suatu ketika, Anas bin Malik memperlihatkan sepasang sandal yang gundul tak berbulu dan menggunakan dua qibal kepada kami. Kemudian Tsabit memberitahukan kepada saya—
bahwa menurut Anas—kedua sandal itu adalah milik Rasulullah saw.”
(HR.Tirmidzi, dan Bukhari)

·   Ubaid bin Juraij pernah berkata kepada Ibnu Umar, “Saya pernah melihat Anda menggunakan sandal sibtiyyah (gundul tanpa bulu).” Ibnu Umar berkata,
‘Saya melihat Rasulullah saw., menggunakan sandal yang gundul tak berbulu. Beliau pun berwudhu tanpa melepaskannya. Karena itu, saya pun suka menggunakannya.”
(HR.Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Malik dan Ahmad)

·         Abu Hurairah meriwayatkan,
“Sandal Rasulullah saw., menggunakan dua qibal.”
(HR. Tirmidzi, dan Thabrani)

·         Amru bin Huraits meriwayatkan,
“Saya melihat Rasulullah saw., mendirikan shalat dengan menggunakan sepasang sandal yang berlubang (bertambal).”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)

·         Abu Hurairah meriwayatkan,
“Salah seorang di antara kalian tidak boleh berjalan dengan menggunakan satu sandal (bukan sepasang). Hendaklah ia menggunakan atau melepaskan keduanya.”
(HR. Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik, dan Ibnu Majah)

·         Jabir meriwayatkan,
“Nabi saw., melarang seseorang untuk makan menggunakan tangan kiri atau berjalan menggunakan satu sandal.”
(HR. Tirmidzi, Muslim, Abu Dawud, Malik dan Ahmad)

·         Abu Hurairah meriwayatkan,
“Apabila salah seorang di antara kalian menggunakan sandal, hendaklah ia memulai dari kaki kanan. Dan ketika melepasnya, hendaklah ia memulai dari kaki kiri, jadikan kaki kanan sebagai kaki pertama ketika menggunakan sandal dan kaki terakhir ketika melepasnya.”
(HR. Tirmidzi, Bukhari, Abu Dawud, Ahmad, dan Humaidi)

·         Aisyah meriwayatkan,
“Sebisa mungkin, Rasulullah saw., mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan, ketika menyisir rambut, menggunakan sandal, dan ketika bersuci.”
(HR. Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i dan Ahmad)

·         Abu Hurairah meriwayatkan,
“Sandal Rasulullah saw., Abu Bakar, dan Umar r.a. menggunakan dua qibal. Utsman r.a. yang pertama kali menggunakan sandal dengan satu ikatan.”
(HR. Tirmidzi)


Asy-Syamail al-Muhammadiyyah/Imam Tirmidzi/Bentuk Sandal Rasulullah/11:83-90

Selasa, 09 Oktober 2012

HADITS KELIMA - Menolak Kemungkaran dan Bid'ah

Dari Ummul Mu'minin ; Ummul Abdillah ; Aisyah radiallahu anha, dia berkata :

"Rasulullah saw., bersabda : 'Siapa yang mengada-adakan dalam urusan agama kami ini suatu perkara yang bukan (berasal) dari-Nya, maka tertolak.'"

(Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan : siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan agama kami, maka dia tertolak).

HADITS KEEMPAT - Tahapan Penciptaan Manusia dan Amalan Terakhir


Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radiallahuanhu, ia berkata:

"Rasulullah saw., Menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: 'Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam se-tetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutuslah kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan ditetapkanlah empat hal: mengatur rizkinya, ajalnya, amalnya dan kesengsaraan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga , sehingga jarak antara dirinya dan surga tinggallah sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia dalam neraka. Sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka sampai jarak antara dirinya dan neraka itu tinggallah sehasta, akan tetapi telah ditetapkan untuk-nya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. "
(Riwayat Bukhari dan Muslim).

HADITS KETIGA - Rukun Islam

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Al-Khattab radiallahuanhuma berkata :

"Saya mendengar Rasulullah saw., bersabda : 'Islam dibangun diatas lima perkara ; bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.'"
(Riwayat At-Tirmidzi dan Muslim)

Senin, 08 Oktober 2012

Ada Waktunya untuk diam, ada waktunya untuk bicara

     Nabi Muhammad pernah berkata, "Diberkahilah orang yang menyimpan kata-katanya yang berlebihan untuk dirinya, dan mengeluarkan hartanya yang berlebihan untuk disedekahkan."

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal.171

Ucapan lisan tidak menunjukkan maksud sebenarnya

     Jubair bin Nufair menceritakan, suatu hari ayahnya, Nufair, sedang duduk bersama Miqdad bin Aswad. Kemudian, lewatlah seseorang yang ketika melihat kedua sahabat Nabi tersebut berkata, "Alangkah beruntungnya dua pasang mata itu yang telah berjumpa dengan Nabi Muhammad! Demi Allah, seandainya kami dapat melihat apa yang mereka lihat dan memiliki pengalaman mereka".
     Nufair amat terkesan dengan perkataan orang itu. Namun Miqdad memandang orang tersebut dan berkata, "Semestinya , perlu menginginkan berada disana. Siapakah yang tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan pada keadaan itu? Demi Allah, banyak orang yang berjumpa dengan Rasulullah, namun dimasukkan ke neraka oleh Allah karena tidak mempercayai ucapannya atau beriman kepada ajaran beliau."

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Orang-orang yang beriman/hal.11-12

Minggu, 07 Oktober 2012

Luruskan Shaf dan rapatkan



     Merapatkan shaf dan meluruskannya merupakan sunnah Nabi saw., dan juga mengindahkan shalat agar senantiasa Umat Islam, khususnya mukminin-mukminat dan muslimin-muslimat terjaga dari hati yang selalu berselisih. Dan dampaknya sungguh besar, bahwasanya bila kita (Umat muslim) menerapkannya dengan benar, InsyaaLlah, Allah akan menjaga kita dari perselisihan (yang selama ini melemahkan seluruh kaum muslimin), bahwasanya janji Allah  SWT., itu benar!

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu , bahwasanya RasulullahShalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
قال أقيموا الصفوف و حاذوا بين المناكب وسدوا الخلل ولينوا بأيدي إخوانكم لم يقل عيسى بأيدي إخوانكم ولا تذروا فرجات للشيطان ومن وصل صفا وصله االله ومن قطع صفا قطعه االله
"Rapatkanlah shaf kalian, rapatkanlah bahu-bahu kalian, tutuplah celah, berlemah lembutlah terhadap tangan-tangan saudara kalian (yang meluruskan shaf), jangan biarkan ada celah untuk setan-setan, barang siapa menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya, barang siapa memutuskan shaf niscaya Allah akan memutusnya. "(HR: Abu Dawud: 666, dan Ahmad: II/98, dengan sanad yang shahih ).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu : "Setiap orang merapatkan bahunya ke bahu orang yang disampingnya dan merapatkan kakinya dengan kaki orang yang disampingnya." (HR: Al Bukhari (725). Lihat di Bab: "Merapatkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki di dalam shaf ").
Dari An Nu'man bin Basyir: "Aku melihat mereka merapatkan bahunya dengan bahu orang yang disampingnya, lututnya dengan lutut orang yang disampingnya, serta mata kakinya dengan mata kaki orang yang disampingnya." (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (662) dan lainnya dengan sanad yang shahih ).
(Diambil dari kitab "Ash shalatul Jama'ah" oleh Dr. Shalih bin Ghanim As Sadlan)


http://gizanherbal.wordpress.com/2011/03/20/luruskan-dan-rapatkan-shaf

Jumat, 05 Oktober 2012

Jangan mengambil keuntungan dari kedudukan seseorang

     Suatu ketika,utusan seorang kaisar romawi mendatangi Khalifah Umar bin Khattab. Isteri Umar yang termuda menjamin satu dinar, dan membeli wewangian yang ia tuangan pada suatu wadah, lalu menitipkannya pada si utusan untuk disampaikan kepada isteri kaisar itu sebagai hadiah.
     Ketika isteri sang kaisar itu menerima hadiah tersebut, ia mengosongkan wadah itu dan mengisinya dengan batu-batu permata. Kemudian ia menyuruh urusan tadi untuk mengirimnya pada isteri Umar bin Khattab sebagai balasan.
     Isteri Umar menerima hadiah tersebut, mengeluarkannya dari wadah dan meletakkan di sprainya. Ketika Umar pulang, ia bertanya pada  isterinya dari mana dia mendapatkan batu-batu permata itu. Isterinya menceritakan apa yang terjadi, lalu Umar mengambil permata-permata itu dan menjualnya.
     Dari hasil penjualan tersebut ia memberikan satu dinar untuk isterinya, dan sisanya disimpan di Kas Negara.


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal.146-147

Yang paling utama adalah penilaian diri

     Seseorang meminta nasihat pada Abdullah bin Masud. "Tinggallah dirumah, jagalah ucapanmu, dan ingatlah pada dosa-dosamu," ujar Abdullah bin Masud.

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri Satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal.146


Rabu, 03 Oktober 2012

HADITS KEDUA - Pemahaman Iman, Islam dan Ihsan

Dari Umar r.a juga dia berkata :

"Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah saw., tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan yang jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang menngenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada nabi seraya berkata : 'Ya Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam ?' Maka Rasulullah saw., menjawab : 'Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah ) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, engkau menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu', kemudian dia berkata : 'Engkau benar.' Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkannya. Kemudian dia bertanya lagi : 'Beritahukan-kan kepadaku tentang Iman.' Lalu beliau saw., bersabda : 'Engkau beriman kepada ALlah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk'. Kemudian dia berkata : 'Engkau benar.' Kemudian dia berkata lagi : 'Beritahukan kepadaku tentang ihsan.' Lalu beliau saw., bersabda : 'Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya maka yakinlah bahwa Dia melihat engkau,' Kemudian dia berkata : 'Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat, kapan kejadiannya.' Beliau bersabda : 'Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.' Dia berkata: 'Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.' Beliau bersabda : 'Jika seseorang hamba sahaya melahirkan tuannya dan jika engkau meliat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya.' Kemudian orang itu berlaluu dan aku berdiam sebentar. Kemudian Rasulullah saw., bertanya : 'Tahukah kalian kalian siapa yang bertanya tadi?' Kami menjawab : 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Kemudian beliau bersabda " 'Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama.'"

(Riwayat Muslim)

Hadits Arba'in/Imam Nawawi/hal.7-11

HADITS PERTAMA - Pahala Perbuatan Tergantung pada Niatnya

Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Al-Khattab r.a, dia berkata :

"Saya mendengar Rasulullah saw., bersabda : 'Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya akan bernilai sebagaimana yang dia niatkan.'" 

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abu Al-Husain, Muslim bin Al-Hajjah bin Muslim Al-Qusyairi An-Naishaburi dalam kedua kitab shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah ditulisnya).

Terjemah Hadits Arba'in/Imam Nawawi/hal.5-7