Jumat, 31 Agustus 2012

PERISTIWA HARI SABTU



            Bani Israil gampang sekali melanggar perintah agama (Allah) untuk mendapatkan keuntungan materi yang tak berarti. Hal itu diabadikan Allah dalam Al-Qur’an untuk menjadikan pelajaran bagi manusia agar jangan meniru karakter mereka yang jelek begitu.

            Firman Allah surah 2 (Al-Baqarah) ayat 65 dan 66 :
            “Dan sesungguhnya sudah kamu ketahui orang-orang yang melanggar pada hari sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka : “Jadilah kamu kera yang hina”.

            Hari Sabtu adalah hari khusus untuk beribadat bagi orang Yahudi, tidak boleh mengerjakan apa saja selain ibadat, tetapi setelah melihat banyak ikan berkeliaran di pinggir pantai di hari sabtu, mereka lalu menangkap ikan-ikan itu di hari Sabtu. Allah marah lalu memerintah semua mereka yang menangkap ikan itu menjadi kera yang hina. Menurut sebahagian ulama, bukan lah mereka menjadi kera, tetapi sifat dan tabiat mereka disamakan dengan kera, tetapi mungkin juga karena ketamakan itu, muka mereka makin lama makin sadis dan loba seperti muka kera.

Hidup Sebelum Mati/1989/Bey Arifin

ctt (.pen):
- Ketahuilah bila mana malam mingguan itu merupakan peristiwa diatas, dan janganlah mengikuti kebudayaan orang kafir, dan RasuluLlah s.a.w tidak mencontohkan itu (bermalammingguan). 
- Sebaiknya gunakanlah untuk berta'aruf kepada Allah.
- Ber-muhasabah-lah. 

Sabtu, 25 Agustus 2012

Jangan pilih kasih

     Menurut Aslam, pada suatu hari Abdullah bin Arqam mendatangi Umar bin Khattab dan berkata, "Ya, Amirul Mukminin, ada beberapa perhiasan dan piring-piring perak yang berasal dari harta karun Jalula. Coba Anda lihat, dan katakan apa yang harus kami lakukan terhadap benda-benda itu."
     Umar menjawab, "Ingatlah aku mengenai hal ini ketika kau melihat aku sedang tidak sibuk."
     Beerapa hari kemudian, ketika Amirul Mukminin sedang tidak melakukan apa-apa, Abdullah bin Arqam mengingatkannya. Kemudian Umar bin Khattab pergi ke Baitul Maal (Kas Negara), lalu perhiasan dan piring-piring perak itu dibawa ke hadapannya.
    Setelah melihatnya beliau mengucapkan ayat keempatbelas Surah Al-Imran : "Manusia dikaruniai kecintaan terhadap wanita dan anak-anak, harta benda dari emas dan perak, kuda-kuda yang bagus, binatang ternak dan pekerbunan. Mereka adalah kenikmatan hidup, dan tempat kembali yang terbaik adalah pada Allah."
     Lalu ia melanjutkan," Kita tidak akan mampu menahan godaan sesuatu yang memang diciptakan nikmat bagi kita. Ya Allah, semoga kami dapat menggunakannya dengan baik. Lindungilah kami dari godaan setan."
    Tak lama kemudian salah seorang anak kandung Umar, Abdul Rahman, datang dan meminta sebuah cincin pada ayahnya. "Pergilah menemui ibumu, ia akan memberimu makan sup gandum," kata sang ayah.
     Umar tak memberinya apapun.


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal.144-145

Orang yang bertakwa adalah orang yang benar-benar berilmu

     Ketika Hasan bin Ali menyerahkan kekhalifahannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan, ia berpidato di Masjid Kufah tentang alasannya mengundurkan diri. Pada kesempatan itu ia berkata, "Orang yang paling bijaksana di antara orang-orang yang bijaksana adalah orang yang saleh, dan orang yang paling rapuh dari semua orang adalah orang yang berbuat dosa."


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal.143

Merusak diri dengan ketamakan dunia

     Nabi mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah ke Yaman untuk mengumpulkan pajak. Setelah terkumpul, ia kembali ke Madinah dengan membawa banyak uang. Mendengar kedatangan Abu Ubaidah, kaum Anshar bergabung dengan Nabi pada salat Subuh di masjid. ketika selesai salat mereka mendatangi Nabi.
     Melihat kedatangan mereka, Nabi tersenyum, "Aku rasa kalian telah mendengar kabar bahwa Abu Ubaidah membawa sesuatu dari Bahrain," ucap Nabi.
     "Ya, kami mendengar," jawab orang-orang Anshar
   "Tunggulah kabar baik," kata Nabi lagi. " Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan pada kalian. Aku mengkhawatirkan berlimpahnya harta benda, dan kalian dengan segala kedengkian berusaha keras untuk mendapatkannya, seperti yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kalian. Dan kalian akan hancur seperti  mereka. 


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal.142-143

Kamis, 23 Agustus 2012

Pasrah pada Allah dan mengharapkan kebaikan untuk orang lain

     Ketika Jarir akan masuk Islam, Nabi berkata, " Jarir berikan tanganmu."
     Lalu beliau menyuruh Jarir untuk mengucapkan syahadat (sumpah setia).
     "Untuk apa aku harus bersumpah ?" Jarir bertanya.
    "Bahwa kau akan pasrah pada Allah dan menunjukkan kehendak baik pada seluruh Muslim," Jawab Nabi.
     Kemudian Jarir mengucapkan syahadat dan ia menambahkan, "Rasulullah, aku akan berusaha sesuai kemampuanku." Kemudian orang-oranf yang hadir menerima syahadatnya.


Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Takwa/hal. 141

Senin, 20 Agustus 2012

Cara Nabi memberikan nasihat

     Suatu saat Nabi pernah berkata tentang salah seorang sahabat bernama Khuzaim : "Betapa Khuzaim adalah orang yang baik, kalau saja rambutnya tidak sepanjang itu dan syalnya tidak menyapu lantai (Abu Dawud, Sunan)."
     Ketika Khuzaim mendengar apa yang dikatakan Nabi tentang dirinya, ia mengambil pisau dan memotong rambutnya.
     Dengan cara yang sama, Nabi berkata tentang sahabat yang lain bernama Abdullah. "Betapa Abdullah adalah orang yang baik, andai saja ia salat di waktu malam."
     Ketika Abdullah mendengar hal ini, ia langsung mulai salat malam hari dan hanya tidur sebentar.

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Apakah Iman itu ?/hal. 38-39

Seluruh dosa manusia dapat dihapuskan, kecuali kesombongan

     "Dalam setiap dosa yang muncul dari hawa nafsu, ada harapan untuk diampuni," kata Sufyan At-Tsauri, "Namun tidak untuk dosa yang berasal dari kesombongan. Setan itu berdosa karena sombong, sedang Adam berdosa karena dorongan hawa nafsu. Adam bertobat, kemudian ia diampuni. Tapi dosa setan menjauhkan dia selamanya dari rahmat Allah."

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Apakah Iman itu ?/hal. 37-38

Kemakmuran adalah cobaan yang besar

     Sa'ad bin Abu Waqqas meriwayatkan tentang perkataan Nabi : "Yang kukhawatirkan pada kalian adalah cobaan dalam menghadapi kemiskinan. Namun yang lebih kukhawatirkan dari kalian adalah cobaan dalam menghadapi kemakmuran. Dalam menghadapi penindasan dunia kalian tetap sabar, namun tidaklah kalian akan terlena oleh kemakmuran dan kemewahan yang ditawarkan dunia ini ?".

Buku Kecil Kearifan Islam/Seri satu/Maulana Wahiduddin Khan/Apakah iman itu ?/hal.37

Jumat, 17 Agustus 2012

Rambut Rasulullah

- Anas bin Malik meriwayatkan :
     " Panjang Rambut Rasulullah s.a.w. sampai di tengah telinga beliau."

( HR.Tirmidzi, Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, dan Ahmad )


-Diriwayatkan bahwa Aisyah berkata :
     " Saya pernah mandi bersama Rasulullah s.a.w. dari satu wadah (air). Beliau meliliki rambut yang panjangnya tidak sampai di pundak dan tidak sampai bagian bawah daun telinga."

( HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ahmad )


-Bara' bin Azib meriwayatkan :
     " Rasulullah s.a.w. memiliki postur yang berukuran sedang (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek), bagian badan diantara kedua pundaknya lebar, rambut bagian depan beliau sampai dibagian bawah daun telinga."

( HR. Tirmidzi, Bukhari, Muslim, dan Nasa'i )


- Qatadah bertanya kepada Anas, "Seperti apa ciri-ciri rambut Rasulullah s.a.w ?"
Anas menjawab,
     " Rambut Rasulullah s.a.w. berada di tengah-tengah antara keriting dan lurus, sementara panjangnya mencapai bagian bawah daun telinganya."

( HR. Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Nasa'i, dan Ahmad )


- Ummu Hani' binti Abu Thalib meriwayatkan,
     " (Pada suatu fat-hu Makkah 'penaklukan kota Mekah'), Rasulullah s.a.w. memasuki kota Mekah dengan rambut yang diikat menjadi empat bagian." 

( HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad )

Kamis, 16 Agustus 2012

Renungan Sholat Berjama'ah / bag. 10 / Keutamaan sholat subuh


    Disamping apa yang penulis sudah utarakan masih ada beberapa keutamaan lain yang berkenaan dengan sholat subuh, yang mudah-mudahan bisa lebih menyemangati kita untuk bangun subuh dan berjama’ah dimasjid. Yaitu :
1.       Wujud kemenangan melawan syetan
Berdasarkan sabda RasuluLlah s.a.w :
“Syetan mengikat di kepala saat tidur dengan 3 ikatan. Pada setiap ikatan syetan berbisik : ‘tidurlah, malam masih panjang : Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah satu ikatan. Apabila ia berwudlu, maka lepaslah satu ikatan lagi. Kemudian apabila ia shalat, maka lepaslah satu ikatan lagi sehingga pagi itu ia menjadi semangat dan merasa nyaman. Tetapi kalau tidak, maka pagi itu jiwanya keruh dan malas.” (HR. Bukhari 1142)

2.       Selamat dari pipisnya syetan
Berkenaan dengan orang yang bangun kesiangan RasuluLlah s.a.w bersabda :
“Itu adalah orang yang kedua telinganya dikencingi syetan" (HR. Al-Bukhari 3270)

3.       Disaksikan langsung oleh para Malaikat
Sebagaimana Allah berfirman :
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). "(QS. Al-Isra / 17:78)
RasuluLlah s.a.w juga bersabda :
“Malaikat (petugas) malam dan Malaikat siang bertemu pada waktu sholat subuh (ganti shiff).”
(HR. Al-Bukhari 648)

4.       Dijamin masuk surga
RasuluLlah s.a.w bersabda :
“Barangsiapa mengerjakan sholat di dua waktu yang dingin (subuh dan isya) ia pasti masuk surga.” (HR. Muslim 1470)

5.       Berada di jaminan Allah
RasuluLlah s.a.w bersabda :
“Barang siapa sholat subuh maka ia berada di dalam jaminan Allah maka janganlah mangkir dari jaminan Allah (meninggalkan sholat subuh) karena sebab apapun lalu ia menangkapnya dan melemparkannya ke neraka jahanam.” (HR. Muslim 1525)

6.       Mendapat berkah
RasuluLlah s.a.w mendo’akan :
“Ya Allah berkahilah umatku, karena mereka bangun (sholat) di awal pagi” (HR. At-Tirmidzi 1256)


Renungan Sholat Berjama'ah/Muhammad Zubaidi/Keutamaan sholat subuh/bab 10 :35-37

Selasa, 14 Agustus 2012

Renungan Sholat Berjama'ah/ Bag. 9 / Menyikapi Iming-Iming Allah

     Jika di kota Anda ada supermarket gulung tikar lalu membuat spanduk-spanduk pengumuman untuk mengobral dagangannya dan mendiskon 70%, tapi Anda ternyata tidak tertarik pada pengumuman itu, bahkan Anda belanja di supermarket lain yang harganya normal, maka jangan disalahkan jika orang mempertanyakan kewarasan akan Anda.

Sekarang bagaimana dengan iming-iming Allah ?
     Begini, jika Anda baca iklan  diskon 70 % tadi lalu Anda tertarik dan pergi belanja ke supermarket itu, berarti Anda percaya pada iklan supermarket itu ?
     Nah, sekarang Anda membaca iklan dari Allah, di dalam Al-Qur'an atau hadis shahih, mengenai tawaran ganda jika Anda sholat berjama'ah di masjid, lalu Anda cuek saja dan memilih sholat di rumah, maka berarti Anda :
1. Lebih percaya kepada janji supermarket daripada janji Allah atau
2. Anda memang sama sekali tidak percaya pada janji Allah atau
3. Anda tidak tertarik pada pahala Allah untuk kehidupan akhirat dan hanya tertarik pada rupiah dan harta/ kesenangan duniawi atau
4. Anda memang tidak peduli pada hari pertemuan dengan Allah, ketika Anda dihisab nanti.

    Empat sifat diatas adalah sifat-sifat yang amat negatif. Maka jangan heran jika orang yang malas pergi kemasjid untuk sholat isya dan subuh itu diindikasikan sebagai orang munafiq.

Hati-hati terhadap tipuan-tipuan syetan!
     Ketahuilah bahwa salah satu kerjaan syetan adalah membuat orang tidak tertarik pada kebaikan yang diajarkan Allah dan dicontohkan oleh Rasul-Nya, Muhammad s.a.w

Diantara tipuan-tipuan syetan adalah :
a.) Anda dibisiki, bahwa dalam beramal itu yang penting cari ridlo Allah saja, jangan mengharapkan pahala atau lainnya. Kalimat ini terkesan sangat indah. Sehingga ketika orang bertanya : Mengapa Anda tidak sholat berjama'ah di masjid, padahal Allah menyediakan pahala yang sangat banyak, dan Anda lebih suka sholat di rumah, padahal pahalanya sangat sedikit?
Maka dengan mantapnya Anda menjawab : Bagi saya tidak penting besar kecilnya pahala, yang penting saya dalam beramal hanya karena ridlo, bukan karena cari pahala.
Anda telah memberikan kesan pada orang, bahwa Anda sangat ikhlas, hanya cari ridlo saja, sedangkan orang lain tidak ikhlas karena dalam beramal mengharap pahala.

b.) Lebih jauh lagi syetan mengajarkan, jika Anda dalam beramal mengharapkan pahala ataupun mengharap surga, berarti Anda telah berbuat syirik (menjadi musyrik), karena tujuan Anda bercabang, yaitu : (1) Cari ridlo Allah, (2) Cari pahala / surga. Padahal tujuan amal itu seharusnya satu saja, yaitu : cari ridlo Allah.
SubhanaLlah, semakin jauh syetan menyesatkan manusia.


       Dengan tipuan yang pertama itu ia berhasil menciptakan sekelompok muslim yang semakin malas ke masjid, sebab kemalasannya mendapatkan pembenaran. Maka dengan lantangnya mereka mengatakan : Mau di rumah kek, mau di masjid yang penting sholat, tidak perlu mikirin pahala!

Apa yang diinginkan syetan ?
     Dengan tipuan pertamanya itu syetan ingin agar perolehan pahala Anda sedikit sekali, pas-pasan, sehingga ketika ditimbang di hari hisab nanti kalah berat dengan dosa, lalu Anda masuk neraka. Oleh karena itu Allah mengingatkan :
   “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka jadilah ia musuhmu, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS.Fathir/ 35: 6)

       Dengan tipuan yang kedua, syetan ingin Anda terjerumus lebih dalam ke jurang neraka. Sebab jika Anda mengikuti ajarannya, maka secara automatis saudara-saudara Anda, orang-orang Islam yang mengharapkan pahala/syurga, mustahil syetan menyesatkan Anda lebih jauh lagi untuk menganggap Nabi Muhammad s.a.w juga musyrik. Sebab beliau telah mengajarkan agar kita selain mengharap ridlo Allah juga mengharap surgaNya. Akhirnya Allah juga disalahkan, karena ia memotivasi hambaNya untuk mencari surga. SubhanaLlah, Maha Suci Allah dari kebodohan mereka!

         Oleh karena itu jangan Anda menjadi burung Beo, hanya mengikut omongan orang, tanpa meneliti kebenarannya, meskipun yang bicara adalah Ustadz/Kyai yang punya banyak pengikut.
        Jangan menilai kebenaran karena orang itu banyak pengikut, kalau banyak pengikut adalah standar kebenaran maka ketahuilah bahwa yang paling banyak pengikutnya adalah iblis. Bahkan Nabi ‘Isa a.s selama menjalankan tugasnya sebagai nabi hanya 12 orang pengikut.
         Ingat, jika guru Anda salah dan menyebabkan Anda serta pengikut-pengikut lainnya salah, ia tidak akan bisa menanggung mereka supaya selamat dari hukuman neraka. Dosanya memang lebih besar karena mengajarkan sesuatu yang menyalahi ajaran Allah dan RasulNya, tapi tetap saja, Anda tidak bisa bebas dari resiko kesalahan itu, sebab Allah telah berfirman :
           “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya." (QS. Al-Isra/17 : 36)

          Artinya : di akhirat orang tidak bisa mengambing-hitamkan guru / pemimpinnya untuk membebaskan diri dari hukuman Allah.
        Ayat itu seolah-olah menyatakan : Bagaimana kamu bisa salah dalam mengikuti, bukankah kamu sudah diberi pendengaran, penglihatan, dan hati, mengapa tidak kamu gunakan?
          Ketahuilah, bahwa boleh itu yang dibolehkan oleh Allah/ RasulNya, wajib itu yang diwajibkan oleh Allah/ RasulNya. dan haram itu yang diharamkan oleh Allah/ RasulNya.
Kita sama sekali tidak berhak mengharamkan sesuatu yang dibolehkan oleh Allah/ RasulNya, begitu pula menyalahi ketetapan-ketetapan Allah/ RasulNya dalam perkara apapun.
         Sekarang fahamilah, bahwa orang yang beriman itu boleh saja punya niat ganda selama hal itu tidak bertentangan dengan ajaran Allah/ RasulNya, apalagi jika memang Allah dan RasulNya telah mengajarkan hal seperti itu.
          Pernahkah Anda membaca do’a seperti ini ketika sholat tarawih :

“ALLAHUMMA INNI AS-ALUKA RIDHOKA WAL JANNAH.”

Ya pasti, Anda pernah membacanya, begitu pula ustadz-ustadz yang ajarannya nyeleneh/sembarangan/menyimpang itu. Sebab di kebanyakan masjid-masjid Indonesia ketika tarawih doa itu selalu dibaca rame-rame.
           Arti doa itu “ Ya Allah aku memohon ridho-Mu dan surga(Mu).
               
Jadi, boleh saja kita mencari ridlo Allah, sambil mengharap surgaNya ataupun anugerahNya yang didunia atau di akhirat. Di dunia yaitu tambahan rizqi atau kesenangan-kesenangan lain yang halal, sedangkan anugerah di akhirat adalah pahala yang besar/ surga dan berbagai nikmatNya serta pembebasan diri dari siksa neraka.
          Anda masih ragu bahwa niat ganda seperti itu dibolehkan ? Bacalah ayat-ayat ini :
1.       Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia.. ruku’ dan sujud sujud mencari (1) Karunia Allah dan (2) keridhaanNya. (Al-Fath / 48 :29)
2.       Dan bersegeralah kamu kepada (1) ampunan dari Tuhanmu dan (2) surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Ali-Imran / 3:133)
3.       Dan (1) carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan (2) janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi... (Al-Qashash / 28:77)

RasuluLlah s.a.w bahkan memotivasi umatnya untuk berkeinginan dan berjuang mendapatkan surga tertinggi, yaitu FIRDAUS :
 “Jika kamu meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, sebab ia itu adalah surga bagian tengah dan atas, aku melihat di atasnya adalah ArsyNya Ar-Rahman, dan dari sana mengalir sungau-sungai surga..” (HR. Al-Bukhari 2790)

Aneh bukan? Bagaimana ada orang Islam yang berani mengajarkan suatu ajaran yang bertentangan dengan ajaran Allah dan RasulNya!
Orang Islam juga boleh berhaji dengan niat ganda, yaitu : (1) Mencari ridlo Allah dan (2) mencari rizki. Ini tidak menyebabkan hajinya tidak sah, Mengapa boleh ?
Sebab Allah telah berfirman :

            “ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkanNya kepadamu” (QS. Al-Baqarah / 2 : 198)
         Jadi apanya yang salah dari niat ganda itu? Yang salah tidak ada, yang salah adalah kebodohan mereka dan kegemaran mereka mengarang aturan sendiri.
         NIAT GANDA yang dibenarkan itu bisa disimpulkan : SELAMA NIAT GANDA ITU SEMUA DIARAHKAN KEPADA ALLAH, TIDAK ADA MASALAH.
Misalnya :
1.       Orang berhaji mencari RIDLO ALLAH, sambil mencari RIZQI DARI ALLAH
2.        Orang berdoa memohon RIDLO ALLAH, sambil mengharap SURGA ALLAH
3.       Orang sholat di masjid mencari RIDLO ALLAH sambil mencari PAHALA BESAR DARI ALLAH.

Yang tidak boleh adalah niat ganda yang ditujukan kepada Allah dan selain Allah.
Misalnya :
1.       Orang sholat karena Allah dan karena mertua.
2.       Orang mencari ridlo Allah sambil mencari pujian orang.

Disini jelas sekali, yang dituju adalah Allah dan selain Allah, yang seperti ini adalah syirik.
Nah, sekali lagi jangan Anda tertipu oleh ajaran-ajaran salah, ajaran karangan manusia, yang tidak ada landasannya di Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang justru menyebabkan kemalasan Anda untuk berjama’ah di masjid. Hal ini akan menyebabkan Anda kelak benar-benar merugi karena kurangnya bekal (pahala) untuk Alam Kubur, Alam Mahsyar dan Akhirat yang abadi.
Jangan samoai ketika Malaikat maut sudah di depan mata baru Anda sadar, menyesal, karena tabungan akhirat Anda terlalu sedikit.
Jangan samoai mengalami nasib seperti ini :

“Sehingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku abaikan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mukminun / 23 : 99-100)

Dari sekaranglah hendaknya kita rubah cara berpikir dan pola hidup yang salah, yang menyalahi petunjuk Allah dan RasulNya.

Renungan Sholat Berjama'ah/Muhammad Zubaidi/bab.9/Menyikapi iming-iming Allah/hal.26-35


Minggu, 12 Agustus 2012

Hadist 2 / Tanda Kenabian RasuluLlah

Jabir bin Samurah r.a. meriwayatkan,

"Saya melihat tanda kenabian diantara kedua pundak RasuluLlah s.a.w., yaitu daging berwarna merah sebesar telur burung merpati. "

(HR. Tirmidzi, Muslim, dan Ahmad)


Rumaitsah r.a. meriwayatkan,

"Saya mendengar RasuluLlah s.a.w.-- saya sangat dekat dengan beliau sehingga seandainya aku mau mencium tanda kenabian yang ada diantara kedua pundak beliau, niscaya saya bisa , melakukannya -- berkata kepada Sa'd bin Muadz ketika ia wafat, ' Karena kematian Sa'ad, 'Arsy Allah bergetar.' "

(HR. Tirmidzi, dan Ahmad)

SEDEKAH SENYUM



  • SEDEKAH SENYUM

    Kata Nabi, Senyum tulusmu kepada saudaramu itu Sedekah, Semua kita bisa tersenyum, tapi tidak semua senyum bisa disebut sedekah lho, lha kalo ada cewek cantik atau cowok ganteng senyum-senyum sama kita, apa artinya ? he he he...jangan diterusin ntar keterusan lagi, lagi puasa lho. Ya ya ya ada senyuman yang menggoda, ada senyum ejekan bahkan senyum berarti dendampun kerap terjadi, Namun ternyata tidak semua orang mampu bersedekah dengan senyum, coba sekarang tersenyum deh, lalu rasakan getaran sejuk dalam dada kita.........


    --------------------------------
    Setiap hari saat berjalan kaki menuju sekolahnya yang tak begitu jauh dari rumah, Faiz akan melewati deretan panjang rumah yang ada disekitar kami. Empat tahun yang lalu, ketika Faiz masih TK, saya takjub bagaimana cara ia menyapa…

    Semua tetangga yang kebetulan dilewati atau ditemuinya di jalan, tak akan luput dari teguran ramah disertai senyum lebar faiz.

    “Selamat pagi, pak, selamat pagi bu….”

    “Assalamu’alaikum…”

    “mari oma, mari opa….”

    “dari mana Tante…?”

    “Wah hari ini kakak berseri sekali”

    “Mau kuliah bang?”

    “eh ketemu adik cakep.. Mau kemana pagi-pagi sudah rapi?” Dan seterusnya…..

    Saat ia duduk di kelas II SD, saya pernah bertanya pada Faiz, “Mas Faiz, apa kamu tak lelah menyapa begitu banyak orang setiap pagi?”

    “Faiz tertawa. “ Tidaklah, Bunda. Aku senang karena senyum dan sapaku mungkin bukan mengawali pagiku saja tapi juga mengawali pagi orang lain. Lagipula senyum itukan sedekah, Bunda.” Saya nyengir. Pernyataan yang unik dari anak yang waktu itu belum genap berumur delapan tahun.

    “Subhanallah. Kalau dihitung dengan uang, sedekahmu mungkin sudah milyaran”, ujar saya sambil mencium pipi Faiz yang memerah.

    Setiap kali hadir pada arisan yang diadakan ibu-ibu sekitar rumah, mereka kerap membicarakan Faiz.
    “Waduh, Faiz itu ramah sekali ya, Bu. Kalau bertemu saya, dia selalu menegur lebih dulu, senyumnya manis sekali.”

    “kok bisa seperti itu sih bu? Bagaimana mendidiknya?” tanya salah satu peserta arisan kepada Bunda Faiz. Bunda Faiz hanya tersenyum. Bagaimana saya harus mengatakannya, ya? Sesungguhnya saya tak pernah mendidik Faiz secara khusus untuk menyapa dan tersenyum. Sayalah yang banyak belajar dari Faiz.

    Terbayang lagi oleh Bundanya berbagai peristiwa yang terjadi sejak Faiz mulai duduk di bangku SD. Ketika ia ada di teras rumah, semua pengemis yang lewat selalu dipanggilnya, diajak makan dan minum. “ Pak kemari mampir dulu, hari ini di Bundaku masak sop dan perkedel.” Atau “Bapak mau bawa kopi untuk di jalan biar tidak mengantuk “?. Atau “mau teh manis dingin?” dan seringkali ia berlari ke kamar, mengambil celengan dan mengeluarkan lembaran kertas dari sana untuk diberikan pada mereka.

    Belum lagi, semua tukang jualan, tukang sol sepatu, yang lewat pun disuruh mampir. Ada saja yang ditawarkannya.”Istirahat dulu di sini, Pak. Kan capek.hari ini panas sekali, lho. Sini makan kue dan minum dulu, atau mau makan nasi?” Selain itu ia pun akan bisik-bisik pada anggota keluarga lainnya untuk membeli sesuatu dari tukang jualan itu, meski kami tak terlalu membutuhkannya. “apa salahnya sih menolong orang?” ujarnya.

    Maka di rumah mungil yang kami tempati, tak pernah ada hari dimana kami memasak sekedar pas untuk keluarga. Selalu ada tamu-tamu istimewa yang entah siapa. Karena Faiz mengundang mereka secara tak terduga.

    “Ikhlas yaaa Bunda…..,” katanya sambil tersenyum manis. Tak ada kata lagi yang bisa Bunda Faiz ucapkan, selain senyum bahagia atas anugerah anak yang baik dan sholeh itu, sambil dia peluk erat anaknya, Bunda Faiz berbisik, ” Terima kasih anakku, kamu telah membuat hidup Bunda begitu bahagia ”.

    Sahabat....., kalau senyum kita saja bernilai sedekah, apatahlagi kalau kita mampu membuat banyak orang lain tersenyum atau Sedekah Sambil tersenyum, bersama Rumah Yatim Indonesia kita senyumkan para Yatim dan Du’afa Generasi kita, Ya... Bulan Ramadhan saat yang tepat untuk kita belajar banyak tersenyum dan membuat banyak orang lain tersenyum dan yang paling OK, Allah SWT juga ikut tersenyum karena KETULUSAN kita dalam segala bentuk amal sholeh yang kita lakukan.

Buku Kecil Kearifan Islam / Seri Satu / Maulana Wahiduddin Khan / Orang-orang yang Beriman (1-33) (selesai)


1). Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan
            “Allah Yang Maha Pengasih akan merahmati orang-orang yang berbuat baik,” sabda Nabi s.a.w. Berbuat baiklah kalian kepada yang ada di bumi, maka Zat yang dilangit akan membalas kebaikanmu.

2). Apapun yang terjadi merupakan kehendak Allah
            Ketika beberapa orang menyatakan akan menjaga Khalifah Ali bin Abi Thalib, beliau berkata, “Takdirlah yang akan menjaga seseorang”.
            Menurut beberapa riwayat, ia juga mengatakan, “Tak seorangpun akan merasakan kelezatan iman hingga ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat menghindari apa-apa yang menimpanya, ataupun mengharapkan apa-apa yang hilang darinya”.

3). Tetap tabah dalam penderitaan
            Semasa Dinasti Abbasiyah, muncul Mazhab Mu’tazilah menimbulkan konfrontasi di kalangan muslimin. Akibatnya antara lain, Imam Ahmad bin Hanbal mendapatkan hukuman keras karena menolak untuk mengubah keyakinan yang dianutnya.
            Hafidz bin Hajar menceritakan bahwa Imam Ahmad mengalami siksaan luar biasa, yang gajah pun akan lari tunggang langgang bila siksaan itu ditimpakan pada dirinya. Tapi Ahmad tetap tegar.

4). Usaha yang paling mulia adalah dakwah fisabi-lillah
            Nabi Muhammad berkata, “Hidayah yang diberikan Allah SWT melalui kalian (yaitu orang yang berdakwah) kepada satu orang saja, lebih besar nilainya daripada seluruh apa yang berada di bawah matahari.

5). Mendoakan kebaikan meski disakiti
            Pada suatu ketika, Rasulullah dan kaum muslimin mengepung Thaif lebih dari duapuluh hari. Ketika dirasakan sangat berat untuk meneruskan kepungan, beliau menyuruh mereka untuk mundur.
            Kaum muslimin kemuadian menyarankan Rasulullah untuk mengutuk pemimpin Bani Tsaqif. Lalu beliaupun menegadahkan tangan kelangit dan berdoa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada Bani Tsaqif, bawalah mereka ke dalam pangkuan Islam”.
Demikian pula yang dilakukan Rasulullah ketika disarankan untuk mengutuk Bani Daus yang memberontak dan tidak mau beriman. Beliau berdoa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada Bani Daus dan bawalah mereka ke pangkuan Iman”.

6). Perbuatan baik menjadi sia-sia karena takabur
            Banu Athaullah As-Sikandari menulis dalam bukunya Al-Hikam, “Dosa yang menyebabkan pelakunya sadar dan mengakui kesalahannya, lebih baik daripada perbuatan baik yang menjadikan pelakunya sombong dan takabur.

7). Zikrullah adalah perbuatan paling luhur
            Abu Darda meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “Maukah kuberitahu perbuatan yang paling baik dan luhur di sisi Allah, yang akan mengangkat derajat kalian dihadapan Allah, yang lebih baik dari perniagaan emas dan perak, bahkan lebih baik daripada memerangi musuhmu, menebas leher-leher mereka?”
            “Beritahu kami, wahai Rasulullah,” ucap mereka.
            “Zikrullah, selalu mengingat Allah,” sahut Nabi.

8). Orang yang cakap dan berbudi adalah harta paling berharga
            Zaid bin Aslam meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Khalifah Umar bin Khattab bertanya kepada beberapa sahabatnya mengenai keinginan mereka. “Saya ingin istana ini penuh dengan uang, sehingga saya dapat memanfaatkannya di jalan Allah,” ujar salah seorang dari mereka. Yang lain mengatakan ingin emas, dan yang lainnya ingin permata, agar dapat digunakan untuk kemakmuran Islam.
            Umar berkata, “Saya menginginkan sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian sebutkan. Saya ingin istana ini penuh dengan orang seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Muadz bin Jabal, dan Hudzaifah bin Al-Yaman, agar mereka dapat saya gunakan untuk bekerja di jalan Allah.”

9). Syarat-syarat pemimpin
            Berkaitan dengan hubungan dekatnya dengan Khalifah Umar, Abdullah bin Abbas mengatakan ia melayani beliau lebih baik daripada anggita rumah tangganya sendiri, hingga beliau dahulu mendudukkannya di sampingnya dan menunjukkan penghormatan yang besar.
            Ia menceritakan bahwa pada suatu saat, ketika ia berdua bersama Khalifah di rumahnya, tiba-tiba beliau menghela nafas panjang seolah-olah nyawanya akan lepas. Abdullah bertanya, “Apakah Anda sedang sangat prihatin, hingga menghela nafas panjang begitu?”
            “Ya, memang,” ujar Khalifah Umar, seraya meminta Abdullah mendekat. Ia mengkhawatirkan ketiadaan orang yang mampu menjalankan kekhalifahan ini. Abdullah bin Abbas kemudian menyebutkan enam nama, kalau-kalau beliau belum mengetahui kemampuannya.
            Umar memberikan komentarnya satu per satu mengenai orang-orang tersebut, kemudian berkata, “Yang mampu memangku kekhalifahan ini adalah orang yang tegas tapi tidak sewenang-wenang, lembut tapi tidak lemah, murah hati tapi tidak boros, hemat tapi tidak kikir. Hanya orang seperti itulah yang mampu”.
            Menurut Abdullah bin Abbas, hanya Umar sendirilah yang memenuhi syarat-syarat tersebut.

10). Sikap yang dekat dengan pemimpin
            Abdullah bin Abbas menceritakan bahwa pada suatu saat ayahnya berkata kepadanya, “Anakku, aku lihat Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab mengundangmu dalam setiap rapatnya dan menjadikanmu orang kepercayaannya. Ia juga meminta nasihat kepadamu seperti yang ia lakukan kepada para sahabatnya. Aku ingin memberimu tiga nasihat yang sangat berguna : pertama, takutlah kepada Allah, jangan sampai Umar berkata bahwa engkau berbohong padanya; kedua, jagalah rahasia-rahasianya, dan ketiga, jangan menceritakan penderitaan siapapun di hadapannya”.
            Amir berkomentar, nasihat tersebut lebih baik dari ribuan nasihat lainnya. “Lebih baik dari puluhan ribu,” lanjut Abbas.

11). Bisikan jahat menimbulkan petaka
            Aisyah meriwayatkan sabda Nabi, “Jika Allah menghendaki kebaikan dalam kekuasaan seseorang , Ia mengutus malaikat yang akan mengingatkan firman-firman Tuhannya bila ia lupa dan membantunya di saat ia ingat. Begitu pula bila Allah menhendaki sebaliknya, Ia akan menjadikan iblis sebagai penasihatnya, yang tidak akan menginatkan apabila ia lupa, dan tidak membantunya di kala ingat.

12). Ucapan lisan tidak menunjukkan maksud yang sebenarnya
            Jubai bin Nufair menceritakan, suatu hari ayahnya, Nufair, sedang duduk bersama Miqdad bin Aswad. Kemudian, lewatlah seorang yang ketika melihat kedua sahabat Nabi tersebut berkata, “Alangkah beruntungnya dua pasang mata itu yang telah berjumpa dengan Nabi Muhammad! Demi Allah, seandainya kami dapat melihat apa yang mereka lihat dan memiliki pengalaman mereka”.
            Nufair sangat terkesan dengan perkataan orang itu. Namun Miqdad memandang orang tersebut dan berkata” “Semestinya, mereka yang diselamatkan Allah dari kehadiran di saat-saat itu tak perlu mengingankan berada disana. Siapakah yang tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan pada keadaan itu? Demi Allah, banyak orang yang berjumpa dengan Rasulullah, namun dimasukkan ke neraka oleh Allah karena tidak mempercayai ucapannya atau beriman kepada ajaran beliau.”

13). Pengorbanan diri tanpa ketulusan total : Sia-sia
            Sebagian dari kaum muslimin menemui ajalnya pada perang Uhud (3 Hijriyah). Ketika ibu seseorang dari mereka mendengar kejadian tersebut, ia menangis meratapi putranya yang “syahid”.
            “Diamlah,” ucap Nabi. “Bagaimana engkau bisa tahu bahwa anakmu mati syahid? Padahal ia dahulu gemar menggunjing dan kikir memberi sesuatu yang sama sekali tidak akan merugikan dirinya”.

14). Kesetaraan dengan Allah itu salah, meski hanya isyarat
            “Apa yang Allah kehendaki, dan engkau kehendaki, pasti akan terjadi,” ujar seseorang kepada Nabi. Beliau pun menunjukkan ketidaksukaan pada ucapan orang tersebut.
            “Apakah kau mau menjadikan aku setara dengan Allah?” tanya Nabi. “Lebih baik kau ucaapkan, apa yang Allah sendiri kehendakilah yang pasti terjadi.”

15). Percayalah selalu kepada Allah
            Dalam perjalanan hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah, beliau tinggal di Gua Tsur selama tiga hari. Secara kebetulan, kaum Quraisy yang mengejar-ngejar beliau sampai di gua itu. Abu Bakar, yang ikut serta bersembunyi, berkata, “Wahai Nabi Allah, lihatlah betapa dekat musuh di hadapan kita. Begitu kaki mereka tampak, tentu kita akan segera terlihat”.
            “Abu Bakar,” jawab Nabi, “bagaimana pendapatmu terhadap dua orang yang memiliki Allah sebagai ketiga?”

16). Selalu mengingat Allah di saat kritis
            Ali bin Abi Thalib menceritakan bahwa istrinya, Fatimah, yang juga putri Nabi, harus melakukan sendiri seluruh pekerjaan rumahnya. Kedua tangannya melepuh karena menggiling gandum. Bajunya menjadi kotor karena menyapu lantai, dan lehernya pun meninggalkan bekas hitam karena mondar-mandir membawa air di dalam kantong kulit yang besar dari luar ke dalam rumahnya. Pada suatu kesempatan, ketika Nabi memiliki sekelompok budak, Ali menyarankan Fatimah agar meminta kepada ayahnya seorang budak saja untuk membantunya di rumah.
            Sebagaimana hari biasanya, Fatimah menemui beliau, tapi saat itu banyak tamu yang sedang menemui ayahnya. Ia pung mengurungkan niatnya untuk bertemu. Besoknya, Rasulullah datang ke rumah Ali dan Fatimah dan menanyakan apa yang ingin disampaikannya kemarin. Tapi Fatimah diam saja, Kemudian Ali menceritakan semuanya kepada Nabi. Namun beliau tidak mengabulkan permintaan Fatimah agar diberi pembantu.
            “Bertakwalah kepada Allah,” ujar Nabi, “dan tunaikanlah tugasmu terhadapNya. Lakukan pekerjaan rumahmu seperti biasanya, dan saat kalian hendak beranjak tidur, ucapkanlah Subhanallah 34 kali, Alhamdulullah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali, sehingga genap hitungan 100 kali, Ucapan ini akan lebih membantu kalian daripada seorang budak.”

17). Mendengarkan akhirat disebut, ia langsung mencabut tuntutannya
            Ummu Salamah menceritakan tentang dua orang Anshar yang mengadu kepada Rasulullah tentang perselisihan mereka menyangkut warisan. Konflik mereka telah berlangsung lama, dan masing-masing pihak tidak mampu medatangkan saksi.
            Rasulullah berkata, “Kalian mengadukan perselisihan dan tidak satu pun dari kalian memiliki bukti yang cukup. Oleh karena itu aku akan menyelesaikannya menurut jalan pikiranku sendiri. Bisa saja, berdasarkan sebagian bukti, aku selesaikan dengan keputusan yang memenangkan salah seorang, tapi mungkin akan merampas hak orang lain. Pihak yang menang pun seharusnya tidak mau menerima keputusan ini, karena denfan menerimanya , ia seperti menerima bara api yang dimasukkan kelehernya pada Hari Kebangkitan kelak”.
            Mendengar ucapan Nabi ini, keduanya langsung tersungkur dan menangis terisak-isak, “Wahai  Rasulullah...,” mereka meratap, “silakan dia mengambil seluruh bagian yang menjadi hakku.”
            Atas perubahan sikap tersebut, Rasulullah kemudian menyuruh kedua pergi dan mencari sendiri cara penyelesaian dengan bernar dan adil, membagi warisan menjadi dua bagian dan mengambil bagian yang menjadi hak mereka. Dengan demikian masing-masing akan rela dengan bagian yang diterima.

18). Takut kepada Allah membuat tongkatnya terjatuh
            Abu Mas’ud Anshari menuturkan, suatu ketika ia marah kepada budaknya dan kemudian memukulnya dengan tongkat. Tiba-tiba ia mendengar suara dari belakangnya, “Abu Mas’ud, ingatlah...” Tetapi, saking marahnya ia tidak mengenali suara itu. Ketika didekati, barulah ia sadar bahwa orang tersebut adalah Nabi.
            “Engkau harus sadar bahwa Allah lebih memiliki kekuasaan atasmu dibandingkan kekuasaanmu atas budakmu,” ucap Nabi.
            Mendengar itu, Abu Mas’ud menjatuhkan tongkatnya. “Aku tidak akan memukul pembantuku lagi,” ia bersumpah, “dan untuk mencari ridha Allah, aku membebaskan budak ini.”
            “Sungguh, bila engkau tidak melakukan hal ini, pasti api neraka akan membakarmu,” ujar nabi.

19). Takutlah hukuman Allah meskipun berhubungan dengan orang yang lebih rendah
            Sesuatu ketika Rasulullah sedang bersama isterinya, Ummu Salamah. Beliau menyuruh pembantu wanitanya untuk mengerjakan beberapa keperluan, tapi lama sekali ia tidak kembali. Melihat kemarahan di wajah Rasulullah, Ummu Salamah bangkit untuk mencari tahu apa yang terjadi.
            Ia menyimngkap tirai rumah dan menfapati pembantunya sedang bermain dendan anak-anak domba. Ia memanggilnya sekali lagi, dan kali ini ia datang. Rasulullah saat itu sedang memegang kayu siwak.
            “Seandainya aku tidak takut pembalasan di Hari Perhitungan,” ucapnya kepada wanita itu, “aku akan memukulmu dengan kayu siwak ini.”

20). Permintaan terbesar kepada Allah adalah ampunan
            Diriwayatkan dari Anas bin Malik, kaum Anshar mengalami kesulitan mengairi ladangnya, karena kekurangan tong air. Mereka kemudian mendatangi rasulullah dengan harapan beliau dapat memenuhi kebutuhan tong tersebut,atau merencanakan saluran yang dapat mengalirkan air yang melimpah. Rasulullah menemui mereka dan mengucapkan salam tiga kali.
            “Apapun yang kalian minta dariku hari ini pasti akan kupenuhi,” beliau berkata. “Dan apapun yang aku minta dari Allah untuk keperluanmu, pasti akan Ia beri”.
            Mendengar ucapan Nabi tersebut mereka berubah pikiran. “Hal terbesar yang dapat kita minta adalah akhirat,” pikir mereka. “Mengapa kita sia-siakan kesempatan berharga ini dengan meminta dunia?”
            Mereka berkata kepada yang lain, “Ayolah kita gunakan kesempatan ini untuk meminta ampunan kepada Allah.” Lalu mereka berkata kepada Nabi, “Mintakanlah kami ampunan Allah”. Segera Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaum Anshar, ampunilah anak-anak mereka,  ampunilah isteri-isteri mereka.”

21). Menghindari Marah
            Abu Hurairah meriwayatkan, seseorang mendatangi Rasulullah dan meminta nasihat beliau. “Jangan marah,” ujar Nabi. Ia meminta nasihat lagi, kedua kali, dan ketiga kali, dan tiap kali Rasulullah mengulangi jawaban yang sama : “Jangan marah.”

22). Mengejar dunia, bukan Akhirat
            Abu Darda bertanya kepada sekelompok orang, “Bagaimana ini? Aku menyaksikan kalian kenyang dengan makanan, tapi sangat lapar ilmu.”

23). Mereka gembira bertemu Allah
            Semasa mudanya, Thalhah bin Barra’ mendatangi Rasulullah, bersumpah setia kepada beliau dan menerima Islam.
            “Aku berada di pihakmu,” ia bersumpah kepada Rasulullah, “Aku akan menuruti apapun perintahmu”.
            “Bagaimana bila aku perintahkan engkau memutuskan hubungan dengan orangtuamu?” tanya Nabi. (Thalhah merawat ibunya dengan kasih sayang yang luar biasa). Segera Thalhah bin Barra’ menyatakan akan memenuhi perintah itu.
            “Thalhah,” Nabi berkata kepadanya, “agama kita tidak mengajarkan seseorang untuk memutus tali kekeluargaan. Aku hanya ingin melihat engkau beriman dengan sepenuhnya.”
            Thalhah bin Barra’ berada dalam pangkuan Islam dan menjadi Muslim yang baik hingga hari ia meninggal. Ketika ia berada dalam sakaratul maut, Rasulullah datang menjenguknya dan mendapatinya dalam keadaan tidak sadarkan diri. “Aku kira Thalhah akan meninggal malam ini,” kata Nabi. Kemudian Nabi pulang dan berpesan agar diberitahu apabila Thalhah siuman.
            Tengah malam, sebelum akhirnya ia benar-benar meninggal, Thalhah berpesan agar Rasulullah tidak usah diganggu di malam yang telah begitu larut. “Bila beliau dalang malam ini, mungkin beliau akan diserang musuh, atau digigit binatang berbahaya,” katanya, berusaha mencegah.
            Thalhah meninggal dunia malam itu, dan Rasulullah tidak diberitahu hingga selesai shalat Subuh. Rasulullah kemudian berdoa, “Ya Allah, sambutlah Thalhah dalam keadaan Engkau dan dia saling bersukacita karena bertemu.”

24). Yang terpenting adalah yang di dalam dada
            Rasulullah menerima keluhan tentang kelakuan Abdullah ibn Hudzaifah. Dikatakan bahwa ia terlalu banyak berkelakar dan bertingkah konyol.
            “Biarkanlah dia,” kata Nabi, “di dalam lubuk hatinya, dia memiliki kecintaan yang besar kepada Allah dan NabiNya.”

25). Memberikan dukungan penuh
            Abu Bakar memanggil seluruh sahabatnya dan mengutarakan keinginannya untuk mengirim pasukan ke Syiria. “Allah akan memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin dan menegakkan kalimatNya,” ujar Abu Bakar.
            Dalam perundingan berikutnya, beberapa sahabat menolak keinginan Abu Bakar itu. Namun setelah melewati diskusi-diskusi singkat, seluruhnya—tanpa seorang pun yang berbeda pendapat—meminta Abu Bakar melaksanakan apa-apa yang dia anggap benar.
            Mereka memberikan jaminan : “Kami tidak akan melawan maupun menyalahkanmu.”

26). Dalam dua kemungkinan
            Rasulullah seringkali berdoa, “Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam iman”. Saking seirngnya Rasulullah mengucapkan doa ini dalam setiap kesempatan, isteri beliau, Aisyah, pernah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa sering benar engkau ucapkan doa itu?”
            Rasulullah kemudia menjelaskan, “Setiap hati manusia berada di antara dua ‘jari’ Allah, Apabila Ia menginginkan hati seseorang lurus, Ia akan jadikan hati itu lurus. Dan bila Ia menginginkannya bengkok, Ia pun akan menjadikannya bengkok.”

27). Hati dan lidah: keduanya baik dan buruk
            Luqman Al-Hakim, seorang budak Abessinia, suatu ketika diminta majikannya untuk menyembelih seekor domba dan mehidangkan baginya dua kerat daging yang terbaik. Luqman melaksanakan perintah tersebut, memasaknya dan mehidangkan lidah dan hati.
            Beberapa hari kemudian, sang majikan menyuruhnya menyembelih lagi seekor domba, dan kali ini memintanya mehidangkan dua kerat daging yang paling jelek. Luqman pun melaksanakannya, namun menghidangkan daging yang sama, yaitu lidah dan hati.
            Majikannya lalu bertanya, mengapa Luqman membawakan daging yang sama untuk kedua permintaannya tersebut.
            “Bila keduanya (lidah dan hati) baik,” jawab Luqman, “tidak ada yang sanggup menandinginya. Tapi, bila keduanya rusak, tidak ada yang lebih buruk daripadanya.”

28). Bersedia demi ketaatan kepada Nabi
            Ketika Mughirah bin Syu’bah mengatakan kepada Nabi keinginannya menikahi putri seseorang, beliau menyuruhnya untuk bertemu dan melihat gadis itu terlebih dahulu. Ia pun lalu melaksanakan saran Nabi tersebut dengan memberitahu orangtua si gadis keinginannya dan perintah Nabi. Namun, orangtua itu menolak anak perempuannya menemui lelaki yang tidak dikenalnya.
            Tiba-tiba gadis tersebut, yang berada di sebelah dan mendengarkan pembicaraan mereka, berkata, “Bila Rasulullah telah memerintahkanmu, maka temuilah aku. Namun bila tidak, demi Allah, aku mohon jangan.”

29). Ketulusan dan kesalehan adalah esensi Islam
            Utsman bin Affan meriwayatkan, Rasulullah pernah berkata bahwa beliau mengetahui pengakuan mana yang akan menyelamatkan seseorang dari api neraka, yang mutlak muncul dari lubuk hati seseorang. Umar mencoba menjelaskan bahwa pernyataan itu merupakan pengakuan kepada para sahabat.
            Menurut Umar, ucapan Nabi itu adalah pengakuan akan ketulusan hati yang telah ditetapkan Allah kepada Nabi dan para sahabat, dan pengakuan keilahian seperti yang dimohonkan Nabi agar diucapkan oleh paman beliau Abu Thalib ketika terbaring sekarat.
            Inti pernyataan tersebut adalah pengakuan bahwa tiada yang patut disembah selain Allah.

30). Iman yang benar menyikapi kegaiban
            Malik bin Anas meriwayatkan bahwa Muadz bin Hanbal mendatangi Rasulullah dan beliau menanyakan Kabar Muadz. “Aku dalam keadaan beriman kepada Allah,” jawab Muadz
            “Setiap pertanyaan pasti mengandung sebab dan makna. Apa maksud pernyataanmu tadi?” tanya Rasulullah.
            Muadz kemudian berkata bahwa ia tidak pernah sekalipun bangun di pagi hari sembari yakin masih akan hidup di sore harinya, dan di malam hari ia tidak berpikir akan angun keesokan harinya. Demikian pula, setiap satu langkah ia tidak bisa memastikan apakah ia akan bisa melangkah lagi.
            “seolah-olah aku menyaksikan sekelompok manusia, bersimpuh, dipanggil untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bersama mereka adalah nabi-nabi mereka, para panutan mereka, yang dahulu mereka harapkan pertolongannya di samping Allah. Seolah-olah aku melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana orang-orang yang disiksa di neraka, dan orang-orang yang dikaruniai surga”.
            “Muadz,” ujar Nabi, “engkau telah mencapai makrifat. Jagalah jangan sampai engkau kehilangannya.”

31). Al-Qur’an adalah peringatan, bukan sekadar bacaan
            Aisyah mendengar beberapa orang membaca al-Qur’an sepanjang malam, menghantamkannya sekaligus, bahkan dua kali dalam semalam.
            “Apalah artinya bila al-Qur’an hanya dibaca belaka?” ucap Aisyah. “Dulu aku selalu bangun malam hari bersama Rasulullah, dan yang dibaca adalah surat Al-Baqarah, Ali ‘Imran, dan An-Nissa.
            “Ketika bacaan beliau sampai pada ayat-ayat peringatan, beliau langsung berdoa kepada Allah, memohon perlindunganNya. Dan bila sampai pada ayat-ayat yang berisi kabar gembira, beliau berdoa kepada Allah dan menyampaikan keinginannya atas apa –apa yang disebutkan dalam ayat tersebut.

32). Jalanilah penderitaan dengan sabar, maka kelak dosamu akan dihapuskan
            Suatu ketika Abu bakar membaca ayat ini dihadapan Rasulullah : “Barangsiapa mengerjakan kejahatan, ia akan dibalas dengan kejahatan itu, dan ia tidak mendapatkan pelindung dan tidak pula (mendapatkan) penolong” (QS : An-Nissa : 123)
            Abu Bakar lalu bertanya, “Bagaimana keadaan kita bisa menjadi baik, bila kita dibalas dengan kejahatan yang kita lakukan?”
            “Semoga Allah mengampunimu, ya Abu Bakar,” ujar Nabi. “Pernahkah engkau ditimpa sakit, kepayahan, dan kesukaran? Bukankah engkau kadangkala dirundung kesulitan? Tidakkah engkau sekarang dan nanti akan berbuat kekeliruan?”
            Abu Bakar mengiyakan.
            “Nah, itulah pembalasan di dunia ini atas dosa-dosamu.”



33). Belasungkawa untuk si miskin
            Pernah terjadi, seorang wanita tukang sapu masjid, meninggal dunia. Ia berkulit hitam dan agak kurang waras, dan karenanya sedikit sekali yang menghadiri pemakamannya. Mereka yang hadir pun merasa tidak perlu memberitahu Rasulullah.
            Ketika akhirnya Nabi tahu, beliau meminta supaya lain kali ia diberitahu jika ada di antara kaum muslimin yang meninggal dunia. Siapa saja—tanpa memandang statusnya.

Buku Kecil Kearifan Islam/Maulana Wahiduddin Khan/Seri Satu/Orang-orang yang Beriman/hal.1-34